Selasa, 24 November 2009

Twilight

Kritik untuk Panitia Acara "Decoding Twilight"

Ini adalah kritik untuk acara jumpa fans Twilight yang pernah diadakan di toko buku Kinokuniya beberapa waktu yang lalu. Saya kebetulan hadir, dan kebetulan lagi saya lelaki satu-satunya di antara para pengunjung yang semuanya adalah perempuan. Ketika saya melihat tema acara “Decoding Twilight”, saya berpikir bahwa acara ini bisa jadi ajang yang amat sangat potensial untuk saling berdiskusi. Ditilik dari temanya sendiri, makna kata ‘decoding’ adalah menguraikan simbol-simbol atau penanda (signifier) supaya makna atau tiandanya (signified) bisa ditangkap dengan baik oleh para penerima pesan tersebut. Penguraian simbol-simbol itu seharusnya terjadi dalam kerangka penalaran yang kritis dan argumentatif, misalnya diskusi film, diskusi sastra, atau membicarakan Twilight secara rasional. Bukannya dengan ‘centil-centilan’ yang tidak ada isinya sama sekali. Pembahasannya nol besar, menunjukkan pembicaranya tidak punya sedikit pun kapasitas untuk melakukan decoding itu sendiri. Saya melihat bahwa apa yang dilakukan sepanjang diskusi itu hanyalah membicarakan hal-hal yang tidak penting dan berada di luar teks itu sendiri. Hendaknya jika ingin melakukan decoding dengan baik, lakukanlah dengan menganalisis teksnya (analisis unsur instrinsik teks) terlebih dahulu, kemudian melihat bagaimana filmnya itu dikomunikasikan. Apakah sudah baik atau belum. Lalu, berikan juga kritik segar untuk teks dan filmnya, karena bagaimanapun sebuah karya membutuhkan kritik supaya dapat membangun ranah kepenulisan itu sendiri. Setelah melakukan analisis itu, barulah lakukan tinjauan proses historis atas teks itu sendiri (ranah ekstrinsik teks), seperti sejarah kepenulisannya, bagaiamana tersendat-sendatnya proses pemfilmannya, dan lainnya sehingga semuanya bisa lebih komprehensif dan jelas. Namun, yang justru saya dapati saat itu amat sangat ganjil. Ada kesenjangan antara tema dan isi acara. Jika tema acaranya diganti menjadi “JUMPA FANS TWILIGHT”, mungkin wajar bila isi acaranya seperti kemarin ini. Dan saya pun melihat bahwa dunia kepenulisan dan perbukuan kita akan sangat menjadi dangkal sekali bila diskusi karya seni, khususnya tulisan diperlakukan selaiknya diskusi ‘genit-genit’an belaka. Padahal, diskusi semacam itu bila dilakukan dengan baik dapat membangun dunia kepenulisan dan pemikiran kritis para remaja.